KISAH KERENDAHAN HATI, USTADZ JEFRI AL BUKHORI DAN GADIS SPG

Orang yang rendah hati adalah hati yang sehat buah dari kemampuan mengendalikan diri untuk tidak sombong, sedangkan orang yang rendah diri adalah orang yang berpenyakit hati, karena dia tidak mensyukuri nikmat yang besar hanya terfokus pada kekurangan yang kecil. Perilaku ini yang ditujukan oleh Ustadz Jefri Al Bukhari dalam kisah nyata kehidupannya.

Bisa jadi Keinginan dihormati adalah normal, keinginan dihargai adalah normal, keinginan dimuliakan juga normal, namun menjadi tidak normal jika kita diperbudak oleh keinginan dihaormati, keinginan dipuji dengan perbuatan ria. Dan lebih buruk lagi keinginan itu membuat kita menjadi sombong, merasa lebih mendustakan kebenaran. Padahal ada jalan untuk menjadi mulia dan jalan inilah yang harus kita tempuh…

Rasulullah saw bersabda :
“Man tawādho’a rafa’allahu, waman takabbarā wdhawa’allahu”
Barang siapa yang rendah diri/ hati, maka Allah akan memuliakannya
Dan barang siapa yang sombong/besar diri, maka Allah akan menghinakannya .

Ahli Hikam berkata:
“Tanamlah dirimu dalam tanah kerendahan, sebab segala sesuatu yang tumbuh tetapi tidak ditanam , maka tidak sempurna hasil buahnya” Pohon yang akarnya menghujam ketanah akan kokoh, ditiup angin, dihempas topan, diterjang badai tetap kokoh.Tetapi pohon yang akarnya tidak menyentuh/menghujam ketanah disiram air akan goyah, dihempas angin rusak, diterjang badai hancur.. apalah artinya.Kalau ingin menjadi pribadi yang kokoh, maka kuncinya tanamlah diri ini di bumi kerendahan hati, bukan rendah diri.. tapi rendah hati.
Hujamkan… makin rendah hati makin dimuliakan, makin tinggi hati makin dihinakan..
Oleh karena itu, jalan menuju kemuliaan, jalan menuju orang yang ditinggikan derajatnya oleh Alloh, kuncinya adalah menjadi orang-orang yang tawadho, orang-orang yang rendah hati..

Kesombongan, ketakaburan adalah jalan paling pintas yang menghinakan diri kita, kerendahan hati itulah jalan yang utama yang membuat kita akan mulia dunia dan insya Allah akhirat kelak.

-Jadi kelebihan yang membuat sombong itu menjadi sebuah kekurangan besar-
kita diberikan kelebihan rejeki kemudian kita menjadi takabur itu juga menjadi kekurangan.

Kita dinaikan kedudukan oleh Allah lantas menjadi petangtang-petengteng maka menjadi kekurangan..
makanya setiap kenaikan sesuatu ilmu, kedudukan, penampilah, jabatan atau ibadah selalu berjuang untuk tawadhu. Karena peluang itu ada maka jika tidaka dilatih jatuh kita menjadi hina.

Tetapi kemulian sikap itu tersebut di tunjukkan dalam kisah pertemuan ustadz  Jefri Al Bukori dengan Agnes sang gadis SPG penjAja Rokok dimalam terakhir kehidupannya.

Agnes, gadis yang berprofesi sebagai tenaga pemasaran (SPG) rokok ikut bersedih atas meninggalnya Ustad Jefri al Buchori alias Uje. Ya, dia adalah salah satu saksi hidup yang bertemu dengan Uje yang berjuluk Ustad Gaul, beberapa jam sebelum mengembuskan napas terakhir.

Kepada wartawan, Agnes mengaku begitu terpukul karena Uje sempat membeli rokok yang dijajakannya pada malam itu, Kamis (25/4/2013) dan minta didoakan. Tapi dia enggan menjawab soal kabar Uje membayar dua bungkus rokok dengan harga satu pack.

Agnes, Sales Promotion Girl (SPG) rokok yang sempat bertemu almarhum Ustad Jeffry Al Buchori mengatakan suka mendengarkan ceramah Uje di televisi. “Memang keluarga kami suka mendengarkan ceramah Uje di televisi. Saya kaget sekali mendengar kabar bahwa orang yang saya suka dengarkan ceramahnya meninggal dunia,” kata Agnes ketika dihubungi melalui telepon, Rabu, 1 Mei 2013.

 

 

Malam itu, Kamis, 25 April 2013, Agnes sempat bertemu Uje di kawasan Kemang Jakarta Selatan, sebelum Uje kecelakaan. Uje masih menunjukkan senyum khasnya, saat Agnes menjajakan rokok. Namun, menurut Agnes, Uje terlihat tidak sehat. “Uje terlihat pucat sekali, biasanya yang suka ngebanyol di TV, ini enggak terlihat seperti itu,” kata Agnes menjelaskan.

 

 

 

Sekitar pukul 23.00 WIB, setelah Uje membeli rokok, Uje minta didoakan selamat dunia dan akhirat.“Ini yang membuat saya sama rekan saya Yeyen kaget malam itu, dia tidak pernah menganggap dirinya suci, dia masih meminta didoakan sama orang lain,” katanya.

 

 

 

Besoknya ketika berangkat kerja, ia diberi kabar kalau Uje meninggal dalam kecelakaan. Agnes sempat tidak percaya karena malam sebelumnya, ia masih bertemu Uje. Uje dikabarkan membeli dua bungkus rokok darinya seharga satu pak rokok.

 

Ingatan itu kemudian mendorong Agnes dan rekannya Yeyen meluangkan waktu untuk mendatangi rumah peristirahatan terakhir Uje di pekuburan umum Karet Bivak, Jakarta Pusat. “Tapi saya baru bisa ke makam setelah empat hari dia meninggal. Karena saya baru sempat,” kata Agnes saat dihubungi, Rabu (1/5/2013) malam.

 

Air matanya pun tak tertahan keluar kala berdiri di pusara. Sambil mendoakan, dia dan Yeyen teringat kebaikan Uje lantaran sudah membeli rokoknya. “Logikanya, orang yang belum pernah ketemu langsung (Uje) datang ramai-ramai ke makamnya. Sementara saya sama Yeyen yang sempat menerima rezeki dari dia, masa nggak berziarah,” ucap Agnes.

 

Dari sana, mereka berdua melanjutkan perjalanan menuju rumah Uje di kawasan Rempoa, Tangerang Selatan, Banten. Sayang, Agnes dan Yeyen hanya berhasil menemui ibunda almarhum, Tatu Mulyana alias Umi Tatu. “Jadi saya belum sempat ketemu ibu Pipik (istri Uje),” katanya.

Uje meninggal dunia setelah mengalami kecelakaan di Jalan Gedong Raya Hijau, Pondok Indah, Jumat (26/4/2013) dini hari silam saat hendak pulang ke rumahnya. Almarhum sempat dilarikan ke Rumah Sakit Pondok Indah dan RS Fatmawati