Birrul Walidain : Berbakti Kepada Kedua Orang Tua

 Rasulullah Muhammad Shalallahu Alayhi Wassalam bersabda,
ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٍ: دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ، وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ، وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ
“Tiga doa yang dikabulkan: doa orang yang dizalimi, doa orang yang sedang safar (dalam perjalanan), dan doa orang tua terhadap anaknya.” (HR. at-Tirmidzi no. 3448 dari Abu Hurairah , dinyatakan hasan oleh asy-Syaikh al-Albani t dalam ash-Shahihah no. 598 dan 1797)

 

23.Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. 24 Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” 25 Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu orang-orang yang baik, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertobat.26. Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.QS Al Isra 23-26

KEUTAMAAN BIRRUL WALIDAIN

Pertama : Termasuk Amalan Yang Paling Mulia

Dari Abdullah bin Mas’ud mudah-mudahan Allah meridhoinya dia berkata : Saya bertanya kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam: Apakah amalan yang paling dicintai oleh Allah?, Bersabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam: “Sholat tepat pada waktunya”, Saya bertanya : Kemudian apa lagi?, Bersabada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam “Berbuat baik kepada kedua orang tua”. Saya bertanya lagi : Lalu apa lagi?, Maka Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : “Berjihad di jalan Allah”.
 (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dalam Shahih keduanya).

Kedua : Merupakan Salah Satu Sebab-Sebab Diampuninya Dosa

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman (artinya): “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya….”, hingga akhir ayat berikutnya : “Mereka itulah orang-orang yang kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga. Sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka.” (QS. Al Ahqaf 15-16)

Diriwayatkan oleh ibnu Umar mudah-mudahan Allah meridhoi keduanya bahwasannya seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dan berkata : Wahai Rasulullah sesungguhnya telah menimpa kepadaku dosa yang besar, apakah masih ada pintu taubat bagi saya?, Maka bersabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam : “Apakah Ibumu masih hidup?”, berkata dia : tidak. Bersabda beliau Shalallahu ‘Alaihi Wasallam : “Kalau bibimu masih ada?”, dia berkata : “Ya” . Bersabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam : “Berbuat baiklah padanya”. (Diriwayatkan oleh Tirmidzi didalam Jami’nya dan berkata Al ‘Arnauth : Perawi-perawinya tsiqoh. Dishahihkan oleh Ibnu Hibban dan Al Hakim. Lihat Jaami’ul Ushul (1/ 406).

Ketiga : Termasuk Sebab Masuknya Seseorang Ke Surga

Dari Abu Hurairah, mudah-mudahan Allah meridhoinya, dia berkata : Saya mendengar Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Celakalah dia, celakalah dia”, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam ditanya : Siapa wahai Rasulullah?, Bersabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam : “Orang yang menjumpai salah satu atau kedua orang tuanya dalam usia lanjut kemudian dia tidak masuk surga”. (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya No. 1758, ringkasan).

Dari Mu’awiyah bin Jaahimah mudah-mudahan Allah meridhoi mereka berdua, Bahwasannya Jaahimah datang kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam kemudian berkata : “Wahai Rasulullah, saya ingin (berangkat) untuk berperang, dan saya datang (ke sini) untuk minta nasehat pada anda. Maka Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : “Apakah kamu masih memiliki Ibu?”. Berkata dia : “Ya”. Bersabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam : “Tetaplah dengannya karena sesungguhnya surga itu dibawah telapak kakinya”. (Hadits Hasan diriwayatkan oleh Nasa’i dalam Sunannya dan Ahmad dalam Musnadnya, Hadits ini Shohih. (Lihat Shahihul Jaami No. 1248)

Keempat : Merupakan Sebab keridhoan Allah 

Sebagaiman hadits yang terdahulu “Keridhoan Allah ada pada keridhoan kedua orang tua dan kemurkaan-Nya ada pada kemurkaan kedua orang tua”.

Kelima : Merupakan Sebab Bertambahnya Umur 

Diantarnya hadit yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik mudah-mudahan Allah meridhoinya, dia berkata, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :“Barangsiapa yang suka Allah besarkan rizkinya dan Allah panjangkan umurnya, maka hendaklah dia menyambung silaturrahim”.

HIKMAH DIBALIK KESABARAN

Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla akan menyediakan tempat kembali yang mulia dan mengangkat kedudukan hamba-Nya yang sabar dan beriman ke tempat yang terpuji beserta para anbiya dan salafusshalih. Mereka inilah yang dijanjikan akan menerima catatan amal dari sisi sebelah kanan dan mendapat layanan sempurna pada akhirat kelak yaitu dalam syurga yang penuh dengan kenikmatan yang tidak dapat digambarkan dengan akal fikiran.
Hikmah sifat sabar dapat kita pelajari melalui ayat-ayat Al-Quran sebagaimana berikut:

“Orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih kelak akan kami masukkan ke dalam syurga…” (QS An-Nisa: 122)

“Barang siapa yang membawa amal yang baik maka baginya (pahala) sepuluh kali ganda amalnya…” (QS Al-An’am: 160)

“Kecuali orang sabar (terhadap ujian) dan mengerjakan amal shalih, mereka beroleh ampunan dan pahala yang besar.” (QS Hud: 11)

Jelaslah, sabar adalah sifat yang membawa kebaikan dan kebajikan. Malah Allah Subhanahu Wa’taalla memberikan pahala bagi orang yang membuat kebajikan dengan ganjaran berkali-kali ganda. Orang yang senantiasa bersabar akan mendapat keampunan daripada Allah Asshabur terhadap segala dosa yang pernah mereka lakukan dengan pahala yang besar. Oleh karena itu, mari kita senantiasa mengingat bahwa sabar itu sebagian besar dari iman agar hidup kita senantiasa bahagia dan sejahtera.

Wallahu A’lam bishawab…

 

Image

 

KEAJAIBAN DIBALIK WUDHU

Wudhu adalah salah satu syariat Islam. Allah SUBHANAAHU WATTA’ALLA memerin tahkan umat Islam untuk membersihkan diri atau berwudhu, sebelum mendirikan shalat lima waktu.

(QS Al-Ma’idah [5]: 6).

Sebab, wudhu merupakan salah satu syarat diterimanya ibadah shalat oleh Allah. “Allah tidak akan menerima shalat seseorang di antara kamu, hingga dia berwudhu .” (HR Bukhari No 135, dan Muslim No 224-225).Secara umum, tujuan berwudhu adalah untuk membersihkan diri dari hadats dan najis yang menempel di badan. Seperti kencing, kotoran manusia, air liur anjing, babi, wadzi, madzi, dan lainnya. Di balik tujuan tersebut, terkandung makna yang sangat dalam. Wudhu bukan hanya sekadar untuk kebersihan, tapi juga menyehatkan, baik fisik maupun psikis (kejiwaan), baik kesehatan jasmani maupun rohani.

Dunia ilmu kedokteran telah membuktikan khasiat wudhu. Di balik ibadah yang sederhana, murah, dan mudah, bahkan terkadang dianggap sepele, ternyata terkandung hikmah yang sangat luar biasa. Wudhu menyimpan berbagai kemukjizatan yang mengagumkan. Bahkan, berapa banyak orang yang masuk Islam, karena Islam mengajarkan kebersihan dari ibadah yang bernama wudhu.

Tak salah bila Allah mewajibkan syariat wudhu ini sejak 14 abad silam kepada umat Islam. Di dalamnya terkandung hikmah dan manfaat yang sangat besar. Bahkan, bila seseorang melaksanakan dan mengerjakan wudhu dengan baik dan benar, niscaya tubuhnya akan senantiasa sehat dan terhindar dari berbagai serangan penyakit. Baik penyakit kulit, asma, kanker, pilek, sinusitis, migren, kudis, kurap, dan lain sebagainya.

Dunia ilmu kesehatan mengenal berbagai macam metode dan pencegahan penyakit. Bahkan, ribuan tahun silam, ilmu kesehatan Tiongkok mengenal istilah akupunktur, yaitu suatu metode kesehatan dengan cara tusuk jarum. Ada ribuan titik yang harus ditusuk dengan jari, jika ingin mendapatkan kesehatan yang prima. Dan tidak mudah mempelajari titik-titik itu, karena jumlahnya mencapai 4.000-5.000 titik.

Setelah akupunktur, muncul kemudian pengobatan refleksiologi, yaitu menekan titiktitik syaraf tubuh yang terletak pada kaki dan tangan. Jumlah titik refleksi di kaki dan tangan ini mencapai ratusan lebih.

Pada 1997, metode refleksi dan akunpunktur dianggap sebuah metode yang sangat rumit, karena banyaknya titik yang harus dipahami dan dihapalkan. Maka, seorang dokter yang bernama Gary Craig, asal Inggris, melakukan modifikasi teknik akupunktur yang jumlahnya mencapai ribuan itu menjadi 18 titik. Ia menyebut teori modifikasi akupunktur ala Gary Craig ini dengan nama Emotional Freedom Technique (EFT). Teknik yang digunakan untuk pengobatan adalah dengan cara mengetok (tapping).

Kemudian pada tahun 2000-an, EFT ini dikembangkan lagi oleh Ahmad Faiz Zainuddin, alumnus Universitas Airlangga (Unair) Surabaya dengan nama Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT). Teknik yang digunakan juga dengan cara mengetok (tapping). Dan jumlah titik yang diketok itu hanya ada 14. Dinamakan SEFT karena ia menggabungkan unsur doa dan kalimat thayyibah dalam tekniknya ini.

Perintah membersihkan diri atau berwudhu, sebenarnya juga diajarkan dalam agama lainnya. Kaum Yahudi juga melaksanakan wudhu (atau yang serupa dengan wudhu) dan membersihkan diri sebelum beribadah kepada Allah. Demikian pula dalam ajaran Kristen dan Katolik. Hal ini tertulis dengan jelas dalam kitab Keluaran, Kejadian, Ulangan, dan lainnya. Bahkan, dalam ajaran kaum Sabian (Shabiin), yaitu pengikut Nabi Yahya AS, mereka juga melaksanakan wudhu sebelum shalat. Shalat kaum Sabian ini adalah menghadap ke kutub utara.

Karena itu, wudhu yang seringkali dianggap sepele, sebenarnya merupakan syariat yang harus dan wajib dikerjakan. Sayangnya, banyak orang yang tidak mengerjakannya secara baik dan benar. Padahal, dalam sejumlah hadis, Rasul SAW memerintahkan umat Islam agar menyempurnakan wudhunya. “Sempurnakanlah wudhumu, karena sesungguhnya Aku (Rasul–Red) akan mengenali kalian di hari kiamat nanti dari bekas wudhunya.”

Sumber : http://www.republika.co.id

SIKAP SERORANG MUSLIM MENGHADAPI FITNAH DAN PRASANGKA NEGATIF

gras567Tak usah khawatir akan fitnah.

“Jika kamu bersabar dan bertaqwa ketika mereka datang menyerang kamu dengan tiba-tiba, niscaya Allah menolongmu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda” (Q.S. Al-Imran: 125)

Mengawali tulisan ini, penulis teringat dengan salah satu perang yang membawa kemenangan bagi pasukan Rasulullah Saw, perang Badr. Perang yang membakar semangat umat Islam, perang yang membuat penulis merinding tatkala membaca kisah-kisah keajaiban yang muncul karena bantuan yang dikirimkan oleh Allah. Seperti kata Allah pada kutipan ayat di atas. Dia datang menolong dien-Nya dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda dan entah dengan jalan apa lagi DIA akan menolong hamba-Nya yang selalu bersabar.

Dalam keadaan bagaimana pun, seruan Allah akan kesabaran ini amat banyak dalam kitab suci Al-Quran, hingga pantaslah jika ‘bersabar’ adalah pekerjaan berat yang akan diujikan kepada tiap hamba yang senantiasa berpegang teguh pada tali agama-Nya. Dan wajarlah bila balasan yang dijanjikan bagi orang yang bersabar adalah surga, sebab ia teramat berat untuk dijalani.

Sejak zaman Rasulullah, toh, perbuatan keji itu sudah ada. Masih jelas, amat kental dalam ingatan penulis, ketika orang paling munafik di kalangan Quraisy memfitnah Aisyah RA bahwa beliau sengaja berkhalwat (berduaan) dengan salah seorang sahabat. Padahal, berdasarkan kisah, sungguh hal itu tidaklah seperti yang dituduhkan. Begitu berbahayanya fitnah hingga berita tersebut menyebar di seluruh kalangan dengan begitu cepatnya. Bahkan, salah seorang sahabat, Abu Bakar Assiddiq RA yang dikenal dengan kelembutan hatinya sedemikian marahnya mendengar putrinya, Aisyah, berbuat demikian. Apatah lagi sang suami, lelaki paling mulia, Rasulullah SAW ketika mendengar kabar tersebut kemudian terbesit rasa percaya akan kabar tersebut, sungguh penyiksaan besar yang dirasakan oleh Aisyah RA semalam suntuk beliau menangis pedih. Tiga bulan lamanya ia dijauhi oleh Rasulullah, Saw. Bahkan sempat terdengar kabar, Abu Bakar RA rela putrinya diceraikan sekiranya kabar tersebut benar adanya. Itulah fitnah, punya kekuatan menumbangkan lawan atau musuh dari segi mental. Na’udzu billah tsumma na’udzu billah. Namun, perlu kita ketahui bersama bahwa kebenaran akan terkuak dengan sendirinya. Kesabaran akan membuka tabir fitnah yang tak jelas itu. Jikalau Rasulullah memperoleh kebenaran dari adanya wahyu, tentulah manusia biasa pun akan diberikan jalan oleh-Nya.

Tak perlu risau dengan fitnah. Bukankah memang demikian adanya! Kebenaran akan diiringi oleh kebatilan. Bukankah sangat jelas pula bahwa kemudahan menyertai kesulitan. “Inna ma’al ‘usrii yusroo” (sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan), (QS. Al-Insyirah: 5). Usah resah akan fitnah yang bertandang jika diri sudah berjalan pada koridor yang tepat. Tak mestilah takut menggelayuti. Amat wajar kejujuran mendapat cobaan. Sudah lumrah kebenaran berteman dengan ujian. Semua sudah sunnatullah. Yang terpenting diri tahu bahwa pelaku fitnah alias‘munafik’ tempatnya adalah Hawiah, lapisan terbawah dari tujuh neraka. Yang jelas diri paham akan firman-Nya dalam Al-Quran surah Al- Baqarah: 217 “Walfitnatu akbaru minal qotli” (Sedangkan fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan)

Sekali lagi, tak perlu galau bila diri dilanda fitnah. Janji Allah itu pasti, bahwa “Innalloha ma’a sshoobiriin” (Sesungguhnya Allah bersama dengan orang yang sabar). Surah Al-Imran pada pembukaan tulisan di atas pun amat jelas menerangkan kepada kita bahwa kesabaran adalah kunci kemenangan. Tak perlu memikirkan dengan cara apa Dia akan menolong. Dia jauh lebih punya kuasa dibanding dengan penyebar fitnah. Dia amat tahu melalui cara apa hamba itu dimudahkan-Nya.

Jaga Allah, maka Allah akan menjagamu. Itulah janji-Nya. Betapa indah ia memberikan janji kepada hamba-Nya. Tentulah, Dia akan dating dengan cara yang lebih indah. Penulis teringat dengan sebuah hadits hasan lagi shahih, yang diriwayatkan oleh Tirmidzi: Dari Abul Abbas Abdullah bin Abbas RA berkata, “Suatu hari aku berada di belakang Nabi SAW lalu beliau bersabda, “Nak, akan aku ajarkan kepadamu beberapa patah kata, jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu, jagalah Allah, niscaya dia akan senantiasa bersamamu, dan bila engkau meminta pertolongan, mintalah kepada Allah. Ketahuilah, jika semua umat manusia bersatu padu untuk memberikan suatu kebaikan padamu, niscaya mereka tidak dapat melakukannya, kecuali  yang telah ditulis oleh Allah bagimu,  dan jika semua umat manusia bersatu padu mencelakakanmu, niscaya mereka tidak dapat mencelakakanmu kecuali dengan sesuatu yang ditulis oleh Allah bagimu. Pena telah diangkat dan catatan-catatan itu telah mengering.

Sungguh dahsyat susunan hadits yang disabdakan oleh Rasulullah. Mudah-mudahan terpetik banyak hikmah. Satu hal yang mesti ditekankan dalam diri bila fitnah benar-benar bertandang adalah bahwa kemenangan akan selalu mengiringi kesabaran. Bersabar terhadap fitnah yang menghampiri insya Allah jalan keluar akan tampak jelas.

Wallohu’alam bissawwab.

KEMULIAAN ANAK YATIM

————————————-

Sesungguhnya anak yatim adalah sosok yang dimuliakan oleh Allah dengan atas kehendakNya. Manusia terciptakan dalam bentuk yang sempurna dan tersempurnakan dengan atas kehendak Allah. Oleh sebab itulah Allah memerintahkan setiap manusia untuk saling menghormati dan menghargai dengan penuh kesadaran bahwasanya setiap pribadi adalah sama dihadapan Allah dengan atas kehendakNya. Beberapa ayat lain dalam AlQur’an juga banyak yang mengisahkan tentang larangan memandang hina anak yatim, bahkan sampai memusuhinya.

Sesungguhnya tiadalah maksud Allah menurunkan ayat yang berkait dengan larangan memandang hina anak yatim tersebut, kecuali memberikan kesempatan beribadah bagi manusia dengan atas kehendakNya. Dan sesungguhnya tiadalah diri kita mampu beribadah kepadaNya – termasuk memberikan perlindungan dan sedekah pada anak yatim – kecuali dengan atas sorot kekuatan dari Allah ‘Azza Wa Jalla. Dialah Allah Sang Pemilik Langit dan Bumi, yang memberikan anugerah kepada setiap manusia, entah itu kaya ataupun miskin, tua ataupun muda, laki-laki maupun permpuan, yatim maupun tidak. Sesungguhnya semua adalah bagian dari dinamika keharmonisan dan keseimbangan yang Dia tetapkan dan terapkan di bumiNya dengan atas kehendakNya.

Bukanlah menyantuni anak yatim atau menjauhi larangan memandang hina anak yatim yang terpenting, namun jauh lebih penting adalah awal niat dan kesadaran kita dalam melakukan dua hal tersebut. Apakah kita menjauhi larangan memandang hina anak yatim tersebut hanya semata-mata melaksanakan perintah Allah dalam AlQur’an, ataukan kita benar-benar melaksanakannya dengan penuh kesadaran dan kefokusan hanya kepada Allah. Bahwa sesungguhnya tiadalah kita mampu menjauhi larangan tersebut kecuali dengan atas kehendakNya. Bahwasanya Dialah Allah, Sang Pemilik Segala-galanya yang Maha Berkuasa atas jiwa maupun raga manusia dari yang terkecil sampai yang terbesar, bahkan sampai dengan yang tak terhinggakan, karena Dialah Allah Yang Maha Tak Terhinggakan.

Dalam Do’a Dhu’afa ada Ridha Allah untuk Penyayangnya

Image“Perumpamaan orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh tangkai. Pada setiap tangkai terdapat seratus biji, Allah akan melipatgandakan ganjaran bagi siapa saja yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui.”QS Al-Baqarah Ayat 261.

Islam telah mendorong pemeluknya agar memiliki akhlak mulia. Salah satu akhlak mulia itu adalah menyantuni anak yatim. Sesungguhnya, anak yatim adalah manusia yang paling membutuhkan pertolongan dan kasih sayang. Karena ia adalah anak yang kehilangan ayahnya pada saat ia sangat membutuhkannya. Ia membutuhkan pertolongan dan kasih sayang kita, karena ia tidak mungkin mendapatkan kasih sayang ayahnya yang telah tiada. Jika anda melihat seseorang yang penyayang kepada anak-anak yatim dan menyantuni mereka, maka ketahuilah bahwa ia adalah seorang yang berbudi dan berakhlak mulia. Suatu ketika Saib bin Abdulloh rodhiyallohu ‘anhu datang kepada Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, maka Nabi sholallohu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya :

“Wahai Saib, perhatikanlah akhlak yang biasa kamu lakukan ketika kamu masih dalam “Wahai Saib, perhatikanlah akhlak yang biasa kamu lakukan ketika kamu masih dalam kejahiliyahan, laksanakan pula ia dalam masa keislaman. Jamulah tamu, muliakanlah anak yatim, dan berbuat baiklah kepada tetangga.” [HR.Ahmad dan Abu Dawud, Shohih Abu Dawud, Al-Albani : 4836]

Rasulullah bersabda :

“Pemurah itu dekat dengan Allah, dekat dengan sesama manusia, dengan surga, dan jauh dari neraka. Sebaliknya, orang yang kikir jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga, tetapi dekat dengan neraka.”

Dalam sebuah atsar disebutkan riwayat dari Daud ‘alaihissalam, yang berkata :

“Bersikaplah kepada anak yatim, seperti seorang bapak yang penyayang.” [HR. Bukhori]

Alangkah banyaknya duka dan derita yang mengisi kehidupan ini. Ia memang tidak belas kasihan kepada siapapun. Dan tidak ada seorang pun yang bisa meneguk air yang benar-benar jernih dari gelas kehidupan ini. Dalam kehidupan ini, manusia beralih dari keadaan-keadaan bahagia kepada keadaan-keadaan menderita. Tidak ada bedanya, yang masih kecil maupun yang sudah dewasa. Penjara-penjara kehidupan dan beban-beban beratnya berbeda-beda tingkatan. Ada yang kecil dan berlangsung beberapa saat saja, ada pula yang besar, dan berlangsung dalam masa yang panjang.

Ini adalah gambaran dari sebagian derita kehidupan itu, yang dialami oleh Saudaraku Muslim, Ini adalah gambaran dari sebagian derita kehidupan itu, yang dialami oleh sebagian orang diantara kita, yang kepahitannya mereka rasakan dalam masa yang panjang, Kepahitan yang dirasakan oleh orang-orang papa dan lemah itu, yang lebih dulu merasakan pahitnya kehidupan sebelum manisnya. Mereka adalah anak-anak yatim, Mereka adalah anak-anak, yang kehilangan sosok yang mencarikan nafkah bagi mereka sebelum mengerti apa itu nafkah, apa itu pekerjaan. Bahkan mereka nafkah bagi mereka sebelum mengerti apa itu nafkah, apa itu pekerjaan. Bahkan mereka adalah anak-anak yang kehilangan sosok yang membimbing mereka, sebelum mengenal apa-apa. Merekalah anak yatim, Anak yang dikejutkan oleh kematian ayahnya, sebelum merasakan manisnya kasih sayang ayah, sebelum mereka merasakan perlindungan tangan yang perkasa itu , anda yang memiliki hati yang penyayang Tahukah Anda, apa kewajiban kita terhadapnya ?

“Sedekah itu tidak akan menyebabkan sesuatu pada harta, kecuali hanya akan memperbanyaknya. Karena itu, bersedekahlah kamu sekalian, pasti Allah akan mencurahkan rahmat-Nya” HR.Ibnu Majah

 

———————————————

Anda Ingin membantu Kegiatan Santunan Yatim dan Dhu’afa di Yayasan Darul Aytam, anda dapat menyalurkan Zakat Infak dan Shadaqah Anda ke Rekening.
Bank Mandiri No Rek.1260004993787 An.Chuswatun Hassanah qq Yayasan Darul Aytam.
BNI No Rek. 273401364 an Drs.Setiawan qq.Yayasan Darul Aytam.
BCA 7650412197 An. Drs.Setiawan.qq. Yayasan Darul Aytam..

Bagi Wakif di Malaysia sila transfer ke account 

160018582289 maybank account atas nama Suzana Mohd Ali.

CIMB-Niaga 892-01-01978-18-0 atas nama Hendra Achdiat.

 

JANGAN MENUNDA AMAL KEBAJIKAN

269806_1848286290357_1336687757_31720978_3418215_n

sahabat Nabi, Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu , berkata ia,

“Apabila engkau berada di sore hari, maka janganlah menunggu hingga pagi hari. Dan apabila engkau berada di pagi hari maka janganlah menunggu hingga sore hari. Pergunakanlah waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu. Dan pergunakanlah hidupmu sebelum datang kematianmu.”
(HR. Al-Bukhari no.6416)

Janganlah menunggu amal-amal yang bisa dikerjakan di malam hari untuk pagi hari. Bahkan bersegeralah beramal. Begitu pula tatkala pagi hari. Janganlah terbetik di dalam hatimu bahwa engkau akan bertemu dengan sore hari sehingga engkau pun akhirkan amal-amal pagimu untuk malam hari.

Ketika engkau berada di waktu sore janganlah mengatakan, “Nanti, masih ada waktu pagi”. Betapa banyaknya seseorang yang berada di sore hari tidak menjumpai waktu pagi. Demikian juga ketika engkau berada di waktu pagi janganlah mengatakan, “Nanti, masih ada waktu sore.” Karena betapa banyaknya seseorang yang berada di waktu pagi tetapi tidak menjumpai sore hari dikarenakan ajal menjemputnya.
Kalaupun engkau bisa menjumpai waktu pagi atau sore, belum tentu engkau bisa melakukan pekerjaan yang engkau tunda dikarenakan kesibukan menghampirimu atau sakit menimpamu.

Hal ini telah diingatkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sabdanya,

“Ada dua nikmat yang kebanyakan manusia tertipu pada keduanya (yaitu): nikmat sehat dan waktu luang.” (HR. Al-Bukhariy dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma)

Ketika datang waktu sakit dia baru merasakan betapa nikmatnya sehat. “Kenapa ketika sehat saya tidak menggunakannya untuk beramal shalih?” Ketika datang waktu sibuknya dia baru sadar betapa nikmatnya waktu luang. “Kenapa ketika punya waktu luang saya tidak menggunakannya untuk melakukan kebaikan?” Penyesalan selalu datang kemudian.

Kemudian Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu juga menyatakan, “Dan pergunakanlah waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu” yakni bersegeralah beramal shalih ketika sehat sebelum datangnya masa sakit. Karena seseorang ketika dalam keadaan sehat maka mudah baginya untuk beramal shalih, dikarenakan dia dalam keadaan sehat, dadanya lapang, dan jiwanya dalam keadaan senang. Sedangkan orang yang sakit dadanya sempit dan jiwanya dalam keadaan tidak gembira sehingga tidak mudah baginya untuk beramal.

Hal ini pun sebagai anjuran dari beliau untuk menjaga dan mempergunakan waktu sehat dengan sebaik-baiknya serta beramal dengan sungguh-sungguh padanya. Dikarenakan khawatir dia akan mendapatkan sesuatu yang akan menghalanginya untuk beramal.

Pergunakan Umurmu dengan Sebaik-baiknya!

“Dan pergunakanlah waktu hidupmu sebelum datang kematianmu” yakni bersegeralah pergunakan waktu hidupmu selama engkau masih hidup (untuk beramal shalih) sebelum engkau mati. Sebagai peringatan untuk menjaga dan mempergunakan masa hidup dengan sebaik-baiknya. Karena sesungguhnya seseorang apabila mati maka terputuslah amalnya. Telah shahih hal ini dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di mana beliau bersabda, “Apabila seseorang meninggal dunia maka terputuslah darinya amalnya kecuali tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau anak shalih yang mendo’akannya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)

Demikian juga akan hilanglah angan-angannya dan muncullah penyesalannya yang besar karena keteledorannya dalam menjaga umurnya.

Dan ketahuilah bahwa kelak akan datang kepadanya suatu waktu yang panjang. Yakni tatkala dia berada di bawah tanah di mana dia tidak mampu lagi untuk beramal dan tidak memungkinkan pula baginya untuk berdzikir kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Maka hendaknya bersegera beramal selagi masih hidup.
Sungguh alangkah luas dan tingginya pengertian hadits ini yang mengandung berbagai macam kebaikan.

Jangan Panjang Angan-angan!

Sebagian ‘ulama menyatakan, “Allah Ta’ala mencela panjang angan-angan di dalam firman-Nya,

“Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong). Maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka).” (Al-Hijr:3)”

‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata,

“Dunia berjalan meninggalkan manusia sedangkan akhirat berjalan menjemput manusia, dan masing-masing memiliki generasi. Maka jadilah kalian generasi akhirat dan janganlah kalian menjadi generasi dunia. Karena hari ini (di dunia) yang ada hanyalah amal dan belum dihisab sedangkan besok (di akhirat) yang ada adalah hisab dan tidak ada lagi amal.”

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat garis-garis lalu bersabda, “Ini adalah manusia, ini angan-angannya dan ini adalah ajalnya. Maka tatkala manusia berjalan menuju angan-angannya tiba-tiba sampailah dia ke garis yang lebih dekat dengannya (daripada angan-angannya, pent).” Yakni ajalnya yang melingkupinya. (HR. Al-Bukhariy no.6418)

Inilah peringatan dari beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam agar memendekkan angan-angan dan merasakan dekatnya ajal dan takut kalau ajal datang kepadanya dengan tiba-tiba. Barangsiapa yang tidak mengetahui ajalnya (dan semua orang tentunya tidak tahu kapan ajalnya datang, pent.) maka dia layak untuk berjaga-jaga akan kedatangannya dan menunggunya karena khawatir jika ajal mendatanginya disaat dia terpedaya dan lengah.

Maka seorang mukmin hendaklah dia senantiasa menjaga dirinya dengan mempergunakan umurnya sebaik-baiknya dan menentang angan-angan maupun hawa nafsunya karena manusia sering terpedaya oleh angan-angannya.
‘Abdullah bin ‘Umar berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati kami yang sedang memperbaiki gubuk kami. Lalu beliau bertanya, “Apa ini?” Kami menjawab, “Gubuk ini telah rusak/reyot, kami sedang memperbaikinya.” Maka beliau pun bersabda, “Tidaklah aku melihat urusan ini (dunia) melainkan lebih cepat dari gubuk ini.” (HR. At-Tirmidziy no.2335)

Kita memohon kepada Allah Yang Maha Agung agar mengasihi kita dan menjadikan kita termasuk orang-orang yang zuhud terhadap dunia, aamiin.

Wallaahu A’lam.

Anda Ingin membantu Kegiatan Santunan Yatim dan Dhu’afa di Yayasan Darul Aytam, anda dapat menyalurkan Zakat Infak dan Shadaqah Anda ke Rekening.
Bank Mandiri No Rek.1260004993787 An.Chuswatun Hassanah qq Yayasan Darul Aytam.
BNI No Rek. 273401364 an Drs.Setiawan qq.Yayasan Darul Aytam.
BCA 7650412197 An. Drs.Setiawan.qq. Yayasan Darul Aytam..

Bagi Wakif di Malaysia sila transfer ke account

160018582289 maybank account atas nama Suzana Mohd Ali.

CIMB-Niaga 892-01-01978-18-0 atas nama Hendra Achdiat.

MEMBERI PINJAMAN KEPADA YANG MAHA KAYA

MEMBERI PINJAMAN KEPADA YANG MAHA KAYA. 
————————–
Memberi pinjaman kepada Allah, Memberi pinjaman atau piutang kepada Allah ? bagaimana caranya ? Kita tentulah sering mendengar istlah shadaqah.

Dalam firman Allah yang artinya ,” Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat-gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rizki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan”. (Qs. Al-Baqarah : 45).
Dalam ayat ini Allah SWT mengistilahkan shodaqoh sebagai pinjaman. Ini memberi pengertian bahwa uang yang dikeluarkan untuk shodaqoh itu sesungguhnya tidak hilang, tetapi disimpan dalam catatan Allah, yang nanti akan dikembalikan dalam berlipat ganda. Benarlah adanya, karena berstatus sebagai pinjaman, maka sedekah (shodaqoh) akan mendapat penggantian yang berlipat-lipat hingga 700 kali dari harta yang kita sedekah-kan.
Kekuatan sedekah dalam Al-Qur’an dan Hadits
Sedekah mengantarkan ke surga. Firman Allah, yang artinya ,” Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala disisi Tuhan-nya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati ”. (Qs. Al-Baqarah : 274). Yang dimaksud dengan pahala disisi- Nya adalah surga.
Sedekah yang dikeluarkan dijalan Allah, akan dilipatgandakan hingga 700 kali lipat. Friman Allah SWT, yang artinya ,” Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya dijalan Allah adalah serupa dengan sebutir padi yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui “. (qs. Al-Baqarah : 261). Menafkahkan harta dijalan Allah ini meliputi semua aktifitas demi kebaikan agama Allah.
Sedekah termasuk sifat orang yang taqwa. Firman Allah SWT, yang artinya ,” Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhan-mu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik diwaktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan ) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Qs. Ali Imran : 133-134).
Harta yang disedekahkan, akan diganti oleh Allah. Firman Allah, yang artinya ,”Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezki yang sebaik-baiknya”. (Qs. Saba’ : 39).
Sedekah yang paling utama ialah saat harta masih dibutuhkan. Sebagaimana hadits riwayat Abu Hurairah , bahwa “ Ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW :’Ya Rasulullah, shodaqoh apakah yang paling utma ?’ . Beliau bersabda, ” (Shodaqoh yang ketika) engkau bershodaqoh itu dalam keadaan sehat lagi masih sayang (kepada apa yang engkau sedekahkan itu), dimana engkau dalam keadaan khawatir jatuh miskin dan sedang memikirkan kekayaan. Janganlah engkau menunda-nunda (bersedekah) hingga ruh telah sampai di tenggorokan (sekarat) lalu engkau berwasiat : ini untuk si fulan sekian dan untuk si fulan sekian, padahal (pada saat itu hartamu) sudah pindah hak kepada fulan (ahli waris).” (Hr Bukhari no. 2543).
Sedekah dengan maksud untuk melapangkan hidup orang mukmin didunia, kelak di akhirat akan dilapangkan oleh Allah. Dari riwayat Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, yang artinya ,” Barang siapa melapangkan seorang mukmin dari salah satu kesusahan dunia, maka Allah akan melapangkannya dari salah satu kesusahan-kesusahan hari kiamat, dan barang siapa meringankan penderitaan seseorang, maka Allah akan meringankan penderitaanya didunia maupun akhirat, dan barang siapa menutupi (cacat) seorang muslim, maka Allah akan menutupi (cacatnya) didunia dan akhirat, dan Allah akan selalu memberi pertolongan kepada seseorang selama orang tersebut suka membantu saudaranya..”. (Hr Muslim no. 4687).
Harta untuk sedekah tidak akan berkurang, bahkan akan ditambah oleh Allah. Rasulullah SAW pernah bersabda, yang artinya ,” Harta itu tidak akan berkurang karena di-shodaqoh-kan, Allah tidak akan menambah seorang hamba yang suka memaafkan kecuali kemuliaan, dan tidaklah seorang itu berlaku tawadhuk karena Allah kecuali Allah akan meninggikan derajatnya .”. (Hr. Muslim).
Orang yang bersedekah dengan ikhlash akan mendapat naungan pada hari kiamat di padang mahsyar. Rasulullah SAW pernah bersabda, yang artinya,” Ada tujuh golongan yang nanti pada hari kiamat akan mendapat naungan dari Allah disaat itu tidak ada naungan kecuali hanya naungann-Nya, yaitu :a. Imam/ pemimpin yang adil. b. Pemuda yang rajin beribadah kepada Allah, c. Seseorang yang hatinya tertambat di masjid. d. Dua orang yang saling mencintai karena Allah, berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah. e. Seorang lelaki yang diajak berzina seorang wanita yang mempunyai jabatan dan cantik, lalu ia menjawab ,’sesungguhnya aku takut kepda Allah’. f. Orang yang bersedekah kemudian merahasiakannya, sampai-sampai (ibarat) tangan kirinnya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya, dan g. Seorang yang selalu ingat (berzikir) kepada Allah di waktu sendirian, hingga berlinangan air matanya,” (Hr. Bukhari no. 1334).
Begitu indahnya nya sedekah. Semoga kita dijadikan Allah termasuk orang yang gemar bersedekah.
Allahu a’lam bisshawab.

Hikmah
MAJELIS DARUL AYTAM

Ya Allah Ya Rahman berkahilah setiap detik yang dilalui saudaraku-saudaraku ini. Ya Rabb, jagalah mereka lindungi mereka, cukupi kebutuhan mereka, dan selimuti diri mereka dengan cinta-Mu yang tak pernah redup..

Aamin Ya Rabb
ALFATIHAH

Anda Ingin membantu Kegiatan Santunan Yatim dan Dhu’afa di Yayasan Darul Aytam, anda dapat menyalurkan Zakat Infak dan Shadaqah Anda ke Rekening.
Bank Mandiri No Rek.1260004993787 An.Chuswatun Hassanah qq Yayasan Darul Aytam.
BNI No Rek. 273401364 an Drs.Setiawan qq.Yayasan Darul Aytam.
BCA 7650412197 An. Drs.Setiawan.qq. Yayasan Darul Aytam..

Bagi Wakif di Malaysia sila transfer ke account 

160018582289 maybank account atas nama Suzana Mohd Ali.ImageCIMB-Niaga 892-01-01978-18-0 atas nama Hendra Achdiat.

MENOLONG ORANG LAIN YANG SEDANG KESEMPITAN

سم الله الرحمن الرحيم, الحمد لله رب العالمين وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين, أما بعد:

Terasa sangat indah rasanya, ketika ibu tua renta itu dapat merasakan nasi setelah selama sepuluh tahun tidak pernah memakannya.
Terasa sangat indah rasanya, ketika sang buta tersebut dapat menyeberang jalan setelah setengah hari ia menunggu
Terasa sangat indah rasanya, ketika sang anak terlilit hutang untuk melunasi hutang orangtuanya itu terlunasi hutangnya, setelah anak tersebut diancam penjara seumur hidup.
Terasa sangat indah rasanya, ketika sang ibu diterima untuk melahirkan di rumah sakit itu, setelah ancaman melahirkan di jalan trotoar.
Masih sangat banyak kejadian-kejadian yang sangat indah, ketika kesulitan terasa sangat sulit dan besar, lalu ada yang datang memberikan bantuan.

Saudaraku muslim…
Membantu ketika sangat dibutuhkan akan sangat indah rasanya baik di dunia atau di akhirat dan itulah yang diajarkan di dalam agama kita.
Allah Ta’ala berfirman:

 (.. وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ)

Artinya: “dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.” QS. Al Hajj: 77.

 (.. وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ ..)

Artinya: “dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan.” QS. Al Anbiya’: 73.

عَنْ جَابِرٍ قَالَ كَانَ لِى خَالٌ يَرْقِى مِنَ الْعَقْرَبِ فَنَهَى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنِ الرُّقَى – قَالَ – فَأَتَاهُ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّكَ نَهَيْتَ عَنِ الرُّقَى وَأَنَا أَرْقِى مِنَ الْعَقْرَبِ. فَقَالَ « مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يَنْفَعَ أَخَاهُ فَلْيَفْعَلْ ».

Artinya: “Jabir radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku mempunyai paman yang sering menjampi-jampi akibat tersengat kalajengking, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang untuk menjampi-jampi (ruqyah), lalu ia mendatngi Rasulullah dan berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kamu telah melarang untuk meruqyah sedagkan aku meruqyah akibat tersengat kalajengking, (lalu bagaimana sikapku-pent)?”, beliau menjawab: “Barangsiapa dari kalian yang sanggup berbuat baik kepada saudaranya meka hendaklah ia lakukan.” HR. Muslim.
Saudaraku seiman…
Di bawah ini beberapa keistimewaan dan keutamaan menolong seorang yang dalam kesulitan, terutaman saudaranya seislam:
1. Dimudahkan menggapai keperluaannya
2. Dimudahkan dalam kesulitannya
3. Dibebaskan dari kesulitan hari kiamat

عَنْ سَالِمٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يُسْلِمُهُ مَنْ كَانَ فِى حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِى حَاجَتِهِ وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ بِهَا كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ».

Artinya: “Salim meriwayatkan dari bapaknya (Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma), bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim (lainnya), ia tidak menzhaliminya, tidak menyerahkannya (kepada musuh). Barangsiapa yang membantu keperluan saudaranya, niscaya Allah membantu keperluannya. Barangsiapa yang melepaskan dari seorang muslim sebuah Kurbah, niscaya Allah akan melepaskannya dari Kurbah pada hari kiamat, barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat.” HR. Muslim.
4. Dilapangkan dari keslitan hari kiamat
5. Selalu dalam pertolongan Allah

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاللَّهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ أَخِيهِ ».

Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang melapangkan dari seorang mukmin sebuah kurbah dari kurbah dunia, niscaya Allah melapangkannya dari kurbah pada hari kiamat, barangsiapa yang memudahkan atas seorang yang dalam kesulitan (membayar hutang), niscaya Allah memudahkannya di dalam (urusan) dunia dan akhirat, barangsiaoa yang menutup (aib) seorang muslim, niscaya Allah menutupi (aibnya) di dunia dan akhirat. Dan Allah selalu dalam pertolongan hamba itu, selama hamba itu menolong saudaranya.” HR. Muslim. 
Penjelasan hadits-hadits di atas:
Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah berkata:

والكُربة : هي الشِّدَّةُ العظيمة التي تُوقعُ صاحبَها في الكَرب ، وتنفيسُها أن يُخفَّفَ عنه منها ، مأخوذٌ مِنْ تنفيس الخناق ، كأنه يُرخى له الخناق حتَّى يأخذ نفساً ، والتفريجُ أعظمُ منْ ذلك ، وهو أنْ يُزيلَ عنه الكُربةَ ، فتنفرج عنه كربتُه ، ويزول همُّه وغمُّه ، فجزاءُ التَّنفيسِ التَّنفيسُ ، وجزاءُ التَّفريجِ التَّفريجُ ، كما في حديث ابن عمر ، وقد جُمعُ بينهما في حديثِ كعبِ بن عُجرة .

“Al Kurbah adalah kesulitan yang besar yang menjadikan orang yang mendapatkannya dalam penderitaan, menghilangkannya adalah dengan meringankan penderitaannya, diambilkan dari kata melapangkan difteri seakan-akan diharapkan baginya difteri sehingga ia mengambil nafas, dan at tafrij lebih besar dari, yaitu menghilangkan darinya penderitaan, sehingga hilang darinya rasa resah dan gundahnya, jadi, ganjaran melapangkan penderitaan adalah dilapangkan dari penderitaan (pada hari kiamat) dan ganjaran menghilangkan penderitaan adalah dihilangkan penderitaan (pada hari kiamat). Sebagaimana yang disebutkan di dalam hadits Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma dan telah digabungkan di antara keduanya dalam hadits Ka’ab bin ‘Ujrah radhiyallahu ‘anhu.
Kenapa disebutkan kurbah di dunia?
Hal ini dijelaskan oleh Ibnu Rajab Al Hambali, beliau berkata:

إنَّ الكُرَبَ هي الشَّدائدُ العظيمة ، وليس كلّ أحد يحصُلُ له ذلك في الدُّنيا ، بخلاف الإعسار والعورات المحتاجة إلى الستر ، فإنَّ أحداً لا يكادُ يخلو في الدُّنيا من ذلك ، ولو بتعسُّر بعض الحاجات المهمَّة . وقيل : لأنَّ كُرَبَ الدُّنيا بالنِّسبة إلى كُرَب الآخرة كلا شيءٍ ، فادَّخر الله جزاءَ تنفيسِ الكُرَبِ عندَه ، لينفِّسَ به كُرَب الآخرة ،

“Sesungguhnya Al Kurbah adalah kesulitan yang sangat besar, dan tidak setiap orang mendapatkan hal itu di dunia, berbeda dengan kesulitan (ketika bayar hutang) dan aurat-aurat yang dibutuhkan untuk ditutupi, setiap orang tidak terlepas dari hal itu di dunia, walau hanya dengan kesulitan dalam beberapa keperluan yang penting. Bisa juga dikatakan: “karena kurbah dunia jika dibandingkan dengan kurbah akhirat tidak ada apa-apanya, makanya Allah menyimpan ganjaran melapangkan kurbah di sisi-Nya, agar Ia melapangkan kurbah akhirat. 
Maksud dari memudahkan orang yang kesulitan dalam membayar hutang?
Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah:

والتيسير على المعسر في الدنيا من جهة المال يكون بأحد أمرين : إمّا بإنظاره إلى الميسرة ، وذلك واجبٌ ، كما قال تعالى : { وَإنْ كَانَ ذُو عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ إِلَى مَيْسَرَةٍ }، وتارةً بالوضع عنه إن كان غريماً ، وإلاّ فبإعطائه ما يزولُ به إعسارُه ، وكلاهما له فضل عظيم .

Artinya: “memudahkan terhadap orang yang sedang kesulitan di dunia dari sisi harta, dapat dilakukan dengan salahsatu daru hal; baik dengan mengulur waktu sampai ia dimudahkan dan hal itu merupakan kewajiban, sebagaimana Firman Allah Ta’ala:

{ وَإنْ كَانَ ذُو عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ إِلَى مَيْسَرَةٍ }

Artinya: “Dan jika (orang berutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan.” QS. Al Baqarah: 280. Dan terkadang dengan membebaskannya meskipun hutangnya banyak, atau dengan memberikan sesuatu kepada agar hilang kseukarannya (dalam bayar hutang). Dan kedua-duanya memiliki keutaman yang agung. Lihat kitab Jami Al ‘ulum Wa Al Hikam.
6.    Allah memaafkan dosa-dosanya karena ia membebaskan orang yang kesukaran bayar hutang kepadanya

عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « كَانَ تَاجِرٌ يُدَايِنُ النَّاسَ ، فَإِذَا رَأَى مُعْسِرًا قَالَ لِفِتْيَانِهِ تَجَاوَزُوا عَنْهُ ، لَعَلَّ اللَّهَ أَنْ يَتَجَاوَزَ عَنَّا ، فَتَجَاوَزَ اللَّهُ عَنْهُ » .

Artinya: “Ubaidullah bin Abdullah, ia mendengar Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Pernah ada seorang pedagang yang menghutangi orang-orang, jika ia melihat ada seorang yang kesukrana (bayar hutang), maka ia akan berkata kepada pembatunya: “Bebaskan hutang daring, semoga Allah membebaskan (memaafkan) kita, maka Allah pun membebaskan (memaafkan) dosa darinya.” HR. Bukhari.
7.    Diampuni Allah Ta’ala dosanya karena meringanka seorang yang kesukaran.

عَنْ حُذَيْفَةَ – رضى الله عنه – قَالَ سَمِعْتُ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – يَقُولُ « مَاتَ رَجُلٌ ، فَقِيلَ لَهُ قَالَ كُنْتُ أُبَايِعُ النَّاسَ ، فَأَتَجَوَّزُ عَنِ الْمُوسِرِ ، وَأُخَفِّفُ عَنِ الْمُعْسِرِ ، فَغُفِرَ لَهُ » .

Artinya: “Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku telah mendengar Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seseorang meninggal”, lalu ia ditanya, lalu ia menjawab: “Aku adalah seorang menjual barang kepada orang-orang, aku memudahkan untuk seorang yang kaya dan aku ringankan untuk seorang yang kesukaran”, akhirnya diampuni dosanya.” HR. Muslim
8.    Diselamatkan oleh Allah Ta’ala dari derita pada hari kiamat

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِى قَتَادَةَ أَنَّ أَبَا قَتَادَةَ طَلَبَ غَرِيمًا لَهُ فَتَوَارَى عَنْهُ ثُمَّ وَجَدَهُ فَقَالَ إِنِّى مُعْسِرٌ. فَقَالَ آللَّهِ قَالَ آللَّهِ. قَالَ فَإِنِّى سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُنْجِيَهُ اللَّهُ مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلْيُنَفِّسْ عَنْ مُعْسِرٍ أَوْ يَضَعْ عَنْهُ ».

Artinya: “Abdullah bin Abu Qaradah meriwayatkan bahwa Abu Qatadah radhiyallahu ‘anhu menagih dari seorang yang banyak hutang kepadanya, orang tersebut bersembunyi darinya sehingga ia mendapatkannya, lalu orang tersebut berkata: “Sesungguhnya aku kesukaran(untuk bayar hutang)”, Lalu Abu Qatadah radhiyallahu ‘anhu bertanya: “Demi Allah”, orang tersebut menjawab: “Demi Allah”, Abu Qatadah berkata: “Sesungguhnya aku telah medengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang menyukai Allah menyelamatkannya dari penderitaan hari kiamat, maka lapangkanlah bagi seorang yang kesukaran (bayar hutang) atau bebaskanlah ia (dari hutangnya).” HR. Muslim.
9.    Mendapat naungan Arsynya Allah Ta’ala.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ أَنْظَرَ مُعْسِرًا أَوْ وَضَعَ لَهُ أَظَلَّهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ تَحْتَ ظِلِّ عَرْشِهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ ».

Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang menunggu seorang yang kesukaran atau membebaskannya, niscaya Allah akan menaunginya pada hari kiamat di bawah naungan ‘Arsy-Nya pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya.” HR. Tirmidzi.
10.  Orang yang paling dicintai Allah Ta’ala
11.  Lebih utama dibandingkan beri’tikaf di masjid Nabawi selama sebulan
12.  Ditetapkan kaki di atas Shirath ketika kaki-kaki terjatuh dan tergelincir

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما : أَنَّ رَجُلا جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ! أَيُّ النَّاسِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ ؟ وَأَيُّ الأَعْمَالِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ , وَأَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ , أَوْ تَكَشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً , أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا , أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا , وَلأَنْ أَمْشِيَ مَعَ أَخِ فِي حَاجَةٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ – يَعْنِي مَسْجِدَ الْمَدِينَةِ – شَهْرًا , وَمَنَ كَفَّ غَضَبَهُ سَتَرَ اللَّهُ عَوْرَتَهُ , وَمَنْ كَظَمَ غَيْظَهُ وَلَوْ شَاءَ أَنْ يُمْضِيَهُ أَمْضَاهُ مَلأَ اللَّهُ قَلْبَهُ رَجَاءً يَوْمَ الْقِيَامَةِ , وَمَنْ مَشَى مَعَ أَخِيهِ فِي حَاجَةٍ حَتَّى يَتَهَيَّأَ لَهُ أَثْبَتَ اللَّهُ قَدَمَهُ يَوْمَ تَزُولُ الأَقْدَامِ) .

Artinya: “Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma meiwayatkan bahwa pernah seorang lelaki datang menemui Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, ia bertanya: “Wahai Rasulullah! SIapakah manusia yang paling dicintai Allah? Dan amalan apakah yang paling disukai Allah?, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Manusia yang paling dicintai Allah Ta’ala adalah yang paling bermanfaat untuk manusia, dan amalan yang paling disukai Allah Ta’ala adalah kegembiraan yang kamu masukkan kepada seorang muslim atau menghilangkan darinya derita atau melunasi hutangnya  atau menghilangkan laparnya. Sungguh aku berjalan bersama seorang saudara dalam sebuah keperluan lebih aku cintai daripada aku beri’tikaf di dalam masjid ini – yaitu masjid nabawi – selama sebulan. Dan barangsiapa yang menahan amarahnya nisaya Allah akan menutupi auratnya, barangsiapa yang menahan murkanya kalau ia kehendaki ia dapat melampiaskannya, niscaya Allah mengisi hatinya pengharapan pada hari kiamat, dan barangsiapa yang berjalan bersama saudaranya dalam sebuah keperluan sehingga selesai keperluannya, niscaya Allah akan menetapkan kakinya pada hari terpelesetnya kaki-kaki.” HR. Ath Thabrany dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Shahih Targhib wa At Tarhib, no. 955. 
Setelah ini semua…
Saya tidak yakin jika saudaraku seiman tidak tergugah untuk menolong orang lain terutama seiman, terutama ketika ia sangta membutuhkan pertolonganmu..

Disarikan dari

Ustadz Zainuddin

 

KADAR KEIMANAN

Image
Ada Kalanya keimanan seseorang naik dan Turun, naik karena ketaatan, dan turun karena kemaksiatan. Karenanya hendaknya seorang muslim memperhatikan imannya, jika ia merasa turunnya keimanannya maka hendaknya ia berusaha untuk memperbaruinya. Karena turunnya iman mempengaruhi kondisi hati, semakin turun keimanan semakin keraslah hati, dan semakin sulit tersentuh dan terpengaruh dengan ayat-ayat Al-Quraan maupun nasehat-nasehat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. 

Rasulullah shallallahu ‘alaiyi wa sallam bersabda

إنّ الإِيمانَ لَيَخْلَقُ في جَوْفِ أحدِكُمْ كما يَخْلَقُ الثَّوْبُ فاسْأَلُوا اللَّهَ تعالى أن يُجَدِّدَ الإِيمانَ في قُلُوبِكُمْ

“Sesungguhnya iman akan usang di dalam tubuh kalian sebagaimana usangnya baju, maka hendaknya kalian memohon kepada Allah agar Allah memperbarui keimanan dalam hati-hati kalian” (HR Al-Haakim no 5 dan dihasankan oleh Al-Haitsami dalam Maj’ma’ Az-Zawaaid 1/212 dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam As-Shahihah no 1585)

Karenanya terkadang cahaya hati seorang mukmin diliputi oleh kabut kemaksiatan. Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:

مَا مِنَ الْقُلُوْبِ قَلْبٌ إِلاَّ وَلَهُ سَحَابَةٌ كَسَحَابَةِ الْقَمَرِ ، بَيْنَا الْقَمَرِ مُضِيْءٌ إِذْ عَلَتْهُ سَحَابَةٌ فَأَظْلَمَ ، إِذْ تَجَلَّتْ عَنْهُ فَأَضَاءَ

“Tidak ada satu hatipun kecuali ada semacam awan sebagaimana awan yang menutupi rembulan. Tatkala rembulan sedang bersinar tiba-tiba ada segumpal awan yang menutupinya hingga menjadi gelap. Jika telah pergi meninggalkan rembulan maka (kembali) bersinar” (Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim di Al-Hilyah 2/196 dan dihasankan oleh Al-Albani no 2268)

Terkadang segumpal awan datang dan menutupi cahaya rembulan, akan tetapi setelah beberapa waktu maka pergilah gumpalan awan tersebut dan jadilah rembulan bersinar kembali di langit. Demikian pula dengan hati seorang mukmin, terkadang cahayanya tertutup dengan kabut kemaksiatan, akan tetapi jika ia berusaha untuk meningkatkan keimanannya dengan meminta pertolongan kepada Allah maka akan pergilah kabut kemaksiatan tersebut dan kembalilah hatinya bercahaya.

Yang jadi permasalahan jika hati tidak menyadarinya, atau bahkan menyadarinya akan tetapi membiarkan dirinya berlezat-lezatan dengan kemaksiatan dan dosa sehingga membiarkan kabut kemaksiatan tersebut bertumpuk-tumpuk…jadilah hati menjadi kaku dan keras…

Diantara perkara yang bisa melembutkan hati yang telah terlanjur keras membatu adalah menangis….merenungkan akhirat untuk menangis…